Kanker leher rahim atau serviks sebenarnya merupakan jenis kanker yang bisa dicegah. Namun, hingga saat ini, di dunia diperkirakan setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker ini. Di Indonesia, data menunjukkan setiap satu jam satu orang wanita meninggal akibat kanker leher rahim. Khusus di Jakarta, setiap satu atau dua hari, satu wanita meninggal akibat keganasan kanker ini. Walhasil, kanker serviks merupakan kanker pembunuh nomor satu pada perempuan Indonesia.
Ironis memang, banyak yang telah meninggal akibat kanker ini, tapi hanya 2 persen wanita Indonesia yang mengetahui tentang human papillomavirus (HPV) dan kanker serviks. Hal ini disampaikan oleh Dr Laila Nuranna, SpOG(K), dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia beberapa waktu lalu.
Spesialis kebidanan sekaligus ahli kanker ini memaparkan kanker serviks disebabkan oleh HPV Sebenarnya virus ini tidak hanya menyerang wanita, tapi juga pria. Hanya, pada kaum Adam, kehadiran virus ini cuma memicu timbulnya kutil. Penularan biasanya terjadi dari pria kepada wanita melalui hubungan seksual.
Ada kondisi yang menjadi pemicu. Di samping seringnya berganti pasangan seksual, bisa juga serangan kanker serviks dipicu oleh hubungan seks pada usia muda, kurang vitamin A, C, dan E, serta kerap menderita infeksi di daerah kelamin. Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol, dapat mempertinggi tingkat risiko terkena kanker serviks. Virus ini dapat menyerang siapa saja tanpa pandang umur.
Menurut Laila, ada 100 tipe HPV yang terindentifikasi dan kebanyakan tidak berbahaya serta tidak menunjukkan gejala. Sebanyak 17 tipe HPV dapat menyebabkan kanker yang mengarah kepada kanker serviks. Namun, sekitar 90 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV onkogenik (penyebab kanker) tipe 16 dan 18.
Laila memaparkan penggunaan kondom ketika berhubungan seksual dapat mengurangi risiko penyebaran virus HPV, tapi tidak dapat sepenuhnya dapat melindungi wanita dari infeksi HPV. Risiko terjangkit HPV dimulai dari kontak seksual pertama kali dilakukan. Karena itu, kata dia, pada wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual, risiko terjangkit virus HPV sangat kecil.
Jadi, ketika ada seorang selebritas yang terkena serangan virus ini mengaku belum pernah berhubungan intim karena ia belum menikah, hal ini boleh dibilang mustahil.
Kebanyakan infeksi HPV dapat hilang dengan sendirinya, tapi ada juga yang menetap dalam tubuh. Kecenderungan virus ini tidak seperti virus lain yang biasanya membuat pasien terinfeksi memiliki kekebalan terhadap virus tersebut. Hal ini tidak berlaku pada wanita terinfeksi virus HPV Jika seorang wanita telah terpapar HPV, dia tetap berisiko mendapatkan infeksi berulang dari tipe HPV yang sama atau yang berbeda dan tetap berisiko terkena kanker serviks.
Hanya, perubahan infeksi menjadi serangan kanker tidak terjadi dalam sekejap. Penyakit ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjadi’ kanker. Dari tahap prakanker menjadi kanker serviks membutuhkan waktu sekitar 20 tahun. Umumnya, menurut Laila, penderita prakanker serviks tidak akan merasakan gejala atau nyeri apa pun. Karena tidak memiliki gejala atau nyeri inilah, kebanyakan penderita akan datang ketika kanker sudah pada stadium lanjut sehingga sulit disembuhkan.
Agar tidak terjadi hal serupa itu, Laila menganjurkan agar setiap wanita mendapatkan vaksinasi HPV Berdasarkan rekomendasi dari Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia, vaksinasi HPV dapat diberikan kepada wanita yang berumur 10-55 tahun atau berdasarkan petunjuk dokter. Berdasarkan penelitian, vaksin HPV aman untuk melindungi wanita dari serangan virus HPV selama kurun waktu enam tahun. “Tapi kita mengharapkan vaksin ini akan dapat melindungi wanita seumur hidupnya sama seperti vaksin hepatitis,” ujarnya.
Jika Anda belum mendapatkan vaksin HPV, tapi telah melakukan hubungan seksual, Anda boleh melakukan deteksi dini dengan rutin melakukan pap smear atau IVA (inspeksi visual dengan asam asetat). Dengan cara ini, menurut Laila, risiko terkena kanker serviks akan berkurang lima kali dibanding yang tidak pernah melakukan pendeteksian sama sekali.
Inteksi HPV dan Kanker
Mayoritas infeksi human papillomavirus (HPV) tidak berbahaya. Tapi ada tipe yang berisiko tinggi yang bisa menyebabkan kondisi abnormal akhirnya menjadi kanker.
Virus meraih keuntungan dari zona transformasi, di mana beragam tipe sel-sel servikal bertemu pada pertemuan yang tipis.
Sel-sel basal yang belum matang biasanya tidak mendekat ke permukaan mulut rahim. Virus menyerbu sel-sel basal clan kemudian bereproduksi di dalam sel-sel yang membelah diri, yang matang menjadi squamous lantas muncul di permukaan. Partikel virus yang terinfeksi melarikan diri dari sel-sel squamous matang dan kemudian menyerbu lagi sel-sel basal dalam jumlah lebih banyak.
Dari Infeksi ke Kanker
Tipe HPV yang berisiko tinggi berpotensi untuk menjadi kanker lebih dari satu dekade, bahkan lebih. Virus menginfeksi sel-sel yang kemudian secara bertahap berubah menjadi sel-sel yang benar-benar berbahaya.

- Dalam kondisi abnormal yang ringan, hanya beberapa sel yang berubah.
- Dalam kondisi abnormal moderat, sel abnormal berpengaruh pada selsel yang bisa ditemukan di seluruh permukaan garis mulut rahim.
- Sel-sel abnormal menjadi berbahaya setelah virus menerobos gen dan kemudian menetap di DNA.
2008/07/06
Kategori: Kesehatan . . Penulis: alengka . Comments: 1 Komentar